Prioritas

Banyak sekali hal-hal besar yang kita anggap sepele. 
Kalimat yang kita ucapkan ke salah satu sahabat kita? Mungkin menyakiti hatinya
Proses segala urusan perkuliahan yang telah selesai? Mungkin kita banyak dibantu dan tidak menyadarinya
Perselisihan karena miskomunikasi dan memegang ego masing-masing? Mungkin bisa diperbaiki sekarang juga

Tapi contoh-contoh diatas masih kalah penting dengan satu hal: Kesehatan.


Sekali dalam seumur hidup, di hari Senin lalu 11 Februari, demamku mentok di 40,1 celcius. Seram memang, dan itu pencapaian tertinggi yang aku punya selama hidup. Sebenarnya aku tidak begitu khawatir (awalnya) karena toh biasanya akan sembuh sendirnya. Tapi kali ini tidak bung. Dunia rasanya menyeramkan, semua dingin, dan kepala rasanya seperti jatuh terus menerus. Seramlah intinya. Sebelum Nina dan ka Putri antarkan aku ke Dokter, aku tidak sanggup sama sekali beraktifitas. SAMA SEKALI. Bahkan untuk proses kelengkapan berkas untuk Fulbright saja tidak bisa, sesederhana membuka handphone dan melihat notes. 

Bisa disimpulkan kemarin adalah penyakit terparah aku, dan terseram. Aku mengulang-ulang kata seram disini karena memang menyeramkan. Selama ini aku memang selalu punya mimpi yang absurd, bahkan dulu disaat kita masih saling berkabar, aku selalu menyempatkan bercerita tentang mimpi-mimpi aneh kadang lucu. Disaat sakit, mimpi aneh ini semakin aneh dan membingungkan, demam ternyata punya pengaruh banyak di kepala.

Setelah diperiksa dokter BPJS yang baik, aku ternyata cuman radang tenggorokan. (aku sampai rebahan di kursi tempat umum, karena tidak sanggup mengemban beban kepala terlewat pusing). Sesimpel itu. Radang tenggorokan.. hmm.. baik.. baik.. Radang tenggorokan yang beranak pinak ke demam 40 derajat, badan sakit dari pinggang hingga lutut, kepala pusing berkombinasi denyutan, dan lidah yang mati rasa. Hm.. radang yang sangat mutakhir. Mantap.

Seharian sebelum ke dokter aku terus berpikir. Kalo sakit seperti ini, produktifitas merosot ke titik 0. Ke kamar mandi saja mengeluh, apalagi untuk belajar. Ya Tuhan. dan ini cuman radang. Semoga saja bukan demam berdarah.

Aku sempat bercerita ke ka Herry yang mau berbaik hati memberikan masukan ke study objective-ku untuk Fulbright, dan dia bilang "one by one, kesehatan itu mahal harganya, manage your time wisely". Dan benar, disaat sakit "separah" ini apa yang bisa dikerjakan? jelas tidak ada. Prioritas hidup kita pastilah ya bermacam-macam, aku memprioritaskan beberapa hal tentunya, tapi tidak ada kesehatan didalam poin poin teratas. Semenjak sakit ini aku camkan bahwa kesehatan selalu menjadi prioritas utama. Kesehatan badan, hati, dan pikiran.

Anyway, menghilang dari kebiasaan yang sudah kita kerjakan selama berbulan-bulan adalah hal yang berat untuk dilakukan. i was wondering, do you feel what i feel right now? i miss you.

Comments

Anonymous said…
Kesehatan itu penting

Popular posts from this blog

Pengalaman Tes IELTS, Persiapan Cuman 12 Hari

Happier